
Tidak dapat disangkal, plastik yang terbuat dari polypropilene, hingga saat ini masih banyak digunakan. Salah satu alasannya adalah harganya yang murah dan tahan lama. Tetapi tidak banyak orang menduga bahwa biaya yang diakibatkannya jauh lebih mahal.
Plastik memang tahan lama, hingga bakteri pun tidak sanggup untuk menguraikannya. Akibatnya, diperkirakan hingga kini sampah plastik telah menutupi samudera Pasifik seluas 2.589.988,110 km2.
Ironi. Setelah hampir satu setengah abad lebih ( tepatnya pada 1839 ) ditemukan, kini para ilmuwan berusaha mencari penggantinya, ketika mulai disadari bahaya yang bisa ditimbulkannya. Mereka mengalihkan perhatiannya untuk mendapatkan plastik yang bisa didaur ulang, bisa diperbarui dan juga terbuat dari bahan yang melimpah sehingga tidak menjadikannya mahal.
Hampir 40 tahun yang lalu, ilmuwan-ilmuwan di Amerika Serikat memulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap plastik. Meski akhirnya mereka harus menyerah pada tahun 1990an, ketika lignin, bahan alam yang terdapat dan memberi kekuatan pada pohon, belum bisa diubah menjadi seperti plastik.
Sementara banyak ilmuwan mencari alternatif lain, sebuah perusahaan Jerman, Tecnaro, mengklaim telah menemukan formula ajaibnya. Tecnaro menamakan produknya sebagai "liquid wood", dan bisa dicetak seperti plastik sekaligus bisa didaur ulang. Riset terhadap lignin mulai menggeliat kembali.
Aboform, "kayu cair" yang dimiliki Tecnaro terdiri dari 50% lignin dan sisanya berupa serat dari kayu, serat rami dan beberapa bahan tambahan. Arboform sendiri terdiri dari butiran-butiran kecoklatan, yang jika dipanaskan akan meleleh. Kemudian isinya diberi tekanan tinggi hingga menjadi cetakan padat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar