Selasa, 16 Maret 2010

Jendela Dengan Teknologi Sel Surya Terkonsentrasi Tepat Bagi Gedung Bertingkat

Sumber : www.planethijau.com

Anna Dyson, ketua konsorsium riset Center for Architecture Science and Ecology (CASE), melihat banyak energi yang terbuang percuma ketika sinar matahari mengenai bagian vertikal dari gedung-gedung tinggi.

Berangkat dari hal tersebut, Dyson dengan konsorsiumnya bermaksud mengubah jendela-jendela menjadi pembangkit listrik tenaga surya. Fasad yang mereka desain mengadopsi teknologi sel surya terkonsentrasi, dimana sinar matahari difokuskan terlebih dulu sebelum mengenai permukaan sel surya.


Kedua ide tersebut, menempatkan panel surya di dinding dan menggunakan teknologi pengumpul sinar matahari pada panel surya, bukanlah hal baru. Tetapi menggabungkan kedua ide tersebut jelas belum pernah ada yang melakukan sebelumnya, dan bisa dibilang hal baru. Bahkan teknologi yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga surya skala besar juga digunakannya seperti uraian berikut
ini.

Setiap blok piramida yang berukuran kurang dari tiga puluh centimeter persegi, mempunyai lensa untuk memfokuskan sinar matahari ke atas sebuah sel surya. Sel surya itu sendiri juga didesain lebih efisien dalam membangkitkan energi listrik dibandingkan sel surya tradisional.

Karena menggunakan lensa untuk memfokuskan sinar matahari, maka kenaikan suhu juga akan terjadi pada sel surya tersebut. Untuk mengatasinya ditambahkan sistem pendingin yang mengalirkan air yang sekaligus menyimpan panas untuk digunakan sebagai pemanas ruangan.

Untuk memaksimalkan penangkapan energi surya, setiap piramida juga dilengkapi dengan teknologi solar tracker yang akan melacak posisi matahari. Pola piramida yang digunakan juga akan memantulkan dan membiaskan sinar matahari yang tidak tertangkap lensa, dan secara keseluruhan jendela yang digunakan masih memberikan fungsinya untuk tetap memudahkan memandang dari dalam ke luar jendela.

Kelebihan sistem yang disebutkan sebelumnya, masih ditambah lagi dengan kelebihan lain dari sisi efisiensi energi bangunan. Penyerap energi terbesar dari sebuah bangunan biasanya adalah pendingin dan pemanas ruangan serta pencahayaan. Menurut Dyson, teknologi yang ada sudah mencakup tiga hal tersebut.

Prototip yang telah dibuat diujicobakan pada suatu gedung riset ramah lingkungan di Syracuse, sebuah tempat dimana sinar matahari bersinar lebih sedikit. Menurut Jason Vollen, profesor arsitektur Rensselaer Polytechnic Institute (RPI) yang ikut berkolaborasi dalam CASE bersama perusahaan arsitektur Skidmore, Owings & Merril, menjelaskan bahwa kondisi Syracuse yang sedikit mendapatkan sinar matahari merupakan tempat pengujian yang tepat bagi teknologi tersebut. Jika memberikan hasil yang baik, maka di tempat lain yang kondisinya lebih baik, maka hasil yang didapat juga akan jauh lebih baik. HeliOptix mendapatkan lisensi untuk memasarkan teknologi tersebut, hanya saja informasi harga untuk unit tersebut belum didapatkan, tetapi tentunya pasti jauh lebih mahal dibandingkan dengan sistem panel surya biasa yang dipasang di atas atap.

Meski tampaknya teknologi tersebut menarik untuk menjadi pilihan bagi pasar, tetapi ada satu hal dimana teknologi tersebut mengharuskan pemiliknya untuk mengeluarkan biaya ataupun tindakan perawatan rutin yang lebih besar dibandingkan dengan teknologi panel surya konvensional, seperti yang diungkapkan oleh Peter Talmage, profesor energi terbarukan di Greenfield Community College, Massachusetts AS, mengingat kompleksnya sistem yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar